Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Hadapi Perubahan Iklim, Petani Desa Ketangga Terapkan Irigasi Tetes

 


Ditengah krisis sumber pangan lokal dan perubahan iklim membuat para petani di desa harus berusaha mencari inovasi dan teknologi pertanian yang hemat namun hasilnya efesien, salah satunya sistem irigasi tetes pada lahan kering. 

Sistem irigasi tetes, salah satu teknologi pertanian yang menjadi jawaban dari persoalan keterbatasan air terutama di lahan kering. 


Sekilas tentang Sistem Irigasi tetes

Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa maupun emitor.

Sistem irigasi tetes sebenarnya sudah diterapkan oleh petani sejak seratus tahun yang lalu, sehingga tingkat keberhasilan para petani melalui sistem ini sudah tidak diragukan lagi. 

Dikutip dari journal.unj.ac.id bahwa Sistem irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika sistem irigasi ini berkembang pada tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi.


Penerapan dari hasil renungan yang mendalam



Salah satu desa di Lombok Timur dengan areal persawahan dengan karakter yang kering adalah Desa Ketangga Kecamatan Suela. 

Meskipun letaknya berada di hilir mata air hutan Lemor namun itu tak bisa memenuhi secara menyeluruh bisa dialiri ke lahan milik warga sehingga salah satu permasalahan yang dihadapi ialah terbatasnya air, kondisi ini membuat para petani terkadang harus menunggu musim hujan untuk mulai bercocok tanam. 

Dari peramasalahan ini, Hajad Guna Roasmadi salah seorang petani di desa tersebut menginisiasi penerapan sistem irigasi tetes untuk penggunaan air yang efesien. 

Sistem irigasi tetes sangat cocok untuk diterapkan di areal persawahan yang kering, inovasi ini awalnya saya terfikirkan dari hasil perenungan yang mendalam diladang, kemudian untuk tekniknya saya baca dibeberapa website kemudian saya mencobanya." Ujar pria yang kerap disapa eros tersebut. 

Dari sistem irigasi tetes ini, pria yang juga direktur Speaker Kampung ini sudah pernah mencoba menerapkanya pada tanaman tembakau dan tanaman sayur-sayuran seperti tomat, cabai, terong dan berhasil. 

"Kini tanaman tembakau saya sudah panen dan siap dijual, sementara tanaman sayur sebentar lagi saya panen karena memang dulu saya juga menerapkan sistem tumpang sari" Jelas Eros.

 

Digandeng Mahasiswa Sosialisasikan ke petani desa


Mahasiswa KKN Universitas Mataram (UNRAM) di Desa Ketangga melakukan uji coba mandiri secara langsung dilahan yang ada dengan alat irigasi tetes sederhana. 

Sebelum itu para mahasiswa KKN juga melakukan kunjungan ke ladang milik Eros untuk melihat secara langsung bagaimana sistem irigasi tetes ini diterapkan dan perkembangan tanamanya. 

Dari hasil pengamatan tersebut, mahasiswa KKN UNRAM menginisiasi kegiatan sosialisasi irigasi tetes dengan tujuan para petani di Desa Ketangga bisa menerapkanya di lahan milik mereka. 

Pada 1 Agustus 2024 bertempat di Kantor Desa Ketangga dengan mengundang narasumber dari Dinas Pertanian dan Eros sebagai praktisi sistem irigasi tetes mengadakan sosialiasi kepada para petani setempat. 

Hendri Hermawan selaku ketua KKN UNRAM mengatakan, inovasi dan teknologi pertanian khususnya pada lahan kering salah satunya melalui sistem irigasi tetes ini sebagai salah satu solusi mengatasi keterbatasan air. 

Kami berharap dari kegiatan sosialisasi ini para petani bisa mempraktikanya di lahan masing-masing sehingga mereka bisa bercocok tanam meskipun pada musim kemarau, harap Hendri. (*ci) 





Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement