Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Perubahan Iklim dan Proyek Mangkrak di Lombok Timur, Hancurkan Tempat Bertelur Penyu Lekang

 


Lombok Timur, 22 Juli 2024 - Perubahan iklim terus memberikan dampak signifikan terhadap ekosistem global, termasuk di Lombok Timur. Dampak perubahan iklim yang nyata terlihat adalah adanya abrasi di sempadan pantai labuhan Haji, Desa Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur, NTB. Pengikisan akibat abrasi menyebabkan Penyu yang biasanya bertelur di tempat tersebut kehilangan habitat alami untuk bertelur.

Hilangnya tempat penyu bertelur, bukan saja disebabkan oleh dampak perubahan iklim, tapi juga akibat adanya pembangunan mangkrak di Kabupaten Lombok Timur yang mengakibatkan abrasi di kawasan pantai Kecamatan Labuhan Haji. 

Proyek Mangkrak di Lombok Timur

Berdasarkan hasil observasi lapangan, ada dua proyek mangkrak di Kabupaten Lombok Timur. Pertama, proyek pembangunan Dermaga Labuhan Haji dan Proyek Wisata Bahari.

Studi yang dilakukan oleh Haris Prayoga dan dosen dari Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram, Eko Pradjoko dan Oki Setyandito, mengungkapkan dampak pembangunan pelabuhan di Pantai Labuhan Haji yang dibangun sekitar tahun 2009. Penelitian ini menyoroti perubahan signifikan pada garis pantai di daerah tersebut akibat adanya pelabuhan, mengakibatkan erosi di satu sisi dan sedimentasi di sisi lainnya.

Hasil simulasi menunjukkan adanya perubahan signifikan pada garis pantai. Pada periode pertama, dari 29 Desember 2009 hingga 29 Desember 2012, garis pantai di bagian utara mengalami mundur maksimum sebesar -17.36 meter, sementara garis pantai di bagian selatan maju maksimum sebesar +36.81 meter.Pengukuran lapangan pada tahun 2012 mengkonfirmasi hasil ini.


*Sumber Foto : gerbanglombok.co.id

Simulasi untuk periode kedua menunjukkan pola yang konsisten, dengan erosi berlanjut di bagian utara dan sedimentasi di bagian selatan pelabuhan. Pada bagian utara, garis pantai mundur sejauh -20.02 meter di posisi 790 dan -37.06 meter di posisi 980.

Kemudian, pada  bagian selatan, garis pantai maju sejauh +62.37 meter di posisi 1450. Erosi yang terjadi mengakibatkan mundurnya garis pantai, mengurangi lahan di pinggiran pantai, dan merusak ekosistem serta bangunan di sekitar pantai.

Dilain sisi, proyek wisata bahari yang mangkrak diduga menjadi faktor abrasi dan erosi yang terjadi di kawasan pantai kecamatan labuhan haji. salah satunya kawasan pantai di Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, NTB yang menjadi habitat penyu untuk bertelur.


*Sumber Foto : inside Lombok

Wisata dan Konservasi Penyu di Sunrise Land Lombok

Miris dengan kondisi wisata yang mangkrak tersebut, sekelompok anak muda yang berasal dari Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, memberanikan diri untuk menyulap Wisata Bahari menjadi spot Wisata yang disebut Sunrise Land Lombok (SLL).

Penggagas SLL itu adalah Qori Bayyinaturrosyi, lulusan Magister Pariwisata, Universitas Gadjah Mada. Berbekal ilmu pengetahuan tentang pariwisata serta idealisme dan keyakinan bahwa kekayaan sumber daya Pariwisata di Lombok Timur jika dikelola dengan benar dapat merubah kehidupan masyarakat sekitar menjadi lebih baik.


Kini, Qori berhasil menyulap Proyek Wisata Bahari yang mangkrak itu, menjadi salah satu wisata yang terkenal dengan konsep wisata konservasi penyu. sebuah konsep wisata terbaru yang ada di Lombok Timur.

Tercatat pada tahun, 2022 dan 2023, Qori dan rekan timnya di  SLL telah berhasil mengkonservasi penyu sebanyak  sebanyak 110 anak penyu dilepaskan ke Laut.

Saat ini, Qori juga telah bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk melakukan konservasi Penyu di Kawasan Wisata yang kini dikelolanya.

"BKSDA NTB ingin menjalin kerjasama untuk Konservasi penyu ini, karena khawatir nanti setelah tidak dikelola Sunrise Land Lombok penyu di sini tidak lagi terurus,” uajarnya dikutip dari selaparangnews.com  pada 22 Juli 2024.

Dampak Perubahan Iklim dan Hilangnya Habitat Penyu

Pada Sabtu dini hari, 20 Juli 2024, Qorin menemukan seekor penyu yang akan bertelur. Penyu itu berukuran cukup  besar sekitar 1 x 0,5 meter dengan bobot sekitar 50 kilogram. namun sayangnya penyu itu gagal bertelur lantaran tidak bisa menemukan tempat biasa penyu itu bertelur.

Peristiwa itu ia jumpai tidak hanya sekali. Peristiwa gagalnya penyu bertelur sangat sering terjadi di kawasan pantai SLL. “Puluhan kali kami temukan penyu gagal bertelur”, tuturnya

lebih lanjut Qori menceritakan, Dia  bersama rekannya telah melakukan berbagai upaya untuk membantu penyu bertelur pada saat musim bertelur.  “kami melakukan patroli rutin, bahkan kami membuatkan lubang untuk penyu, namun hal itu gagal”. ujar Qori menceritakan.

tak hanya itu, Duta penyu SLL ini juga melakukan reboisasi pada sempadan pantai untuk mengurangi abrasi pantai.

Lebih jauh Qori menceritakan, selama ini penyu-penyu tersebut kerap kali mengalami stres  akibat dari keluyuran mencari tempat bertelur yang aman. Bahkan, Qori mengisahkan, pihaknya pernah menunggu hingga tengah malam untuk memastikan penyu bisa bertelur dengan aman.

Kondisi ini semakin memprihatinkan karena spesies penyu yang sering naik ke Sunrise Land Lombok adalah penyu lekang, yang keberadaannya nyaris punah. "Penyu di sini itu jenis penyu lekang, yang biasa kita lepas liarkan," tuturnya

Upaya Sunrise Land Lombok untuk menyelamatkan spesies penyu di pesisir pantai Dusun Montong Meong tidaklah mudah. Setelah berbagai usaha panjang, akhirnya wilayah ini dinobatkan sebagai wilayah konservasi penyu dengan terbentuknya Duta Penyu Sunrise Land Lombok.

Beberapa kali, Sunrise Land Lombok mengadakan acara pelepasan penyu dari telur yang berhasil diselamatkan dari predator. Acara-acara ini diadakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan pengunjung agar lebih sadar akan pentingnya menjaga keberadaan penyu dan lingkungan sekitarnya.

Qori juga memaparkan, peristiwa gagalnya penyu bertelur akibat dari perubahan iklim yang terjadi. hal ini membuat sempadan pantai di lokasi wisata semakin tergerus, dan pasir pantai mengalami pengikisan. Ini juga diakibatkan oleh adanya pengurugan tanah pada saat pembangunan wisata bahari yang mangkrak oleh pemerintah beberapa tahun yang lalu.

Sehingga, saat penyu menggali lubang untuk bertelur, penyu tersebut tidak dapat mencapai kedalaman yang sesuai dengan keinginannya. kemudian lanjut dia, penyu yang akan bertelur pun terpaksa kembali ke laut akibat tidak menemukan tempat yang aman untuk melepas telurnya. 

Perubahan iklim bukan hanya masalah global, tetapi juga membawa dampak lokal yang nyata, seperti yang dialami oleh penyu-penyu di Lombok Timur. Keberlanjutan ekosistem ini membutuhkan perhatian dan tindakan segera dari berbagai pihak untuk memastikan penyu-penyu ini tetap memiliki tempat untuk bertelur dan melanjutkan siklus hidupnya.

"Kedalaman tempat penyu menanam telur itu sekitar setengah meter" kata Duta Penyu Sunrise Land Lombok, Qori'

Kini, Qori hanya bisa berharap agar lingkungan kembali asri seperti sedia kalanya, sehingga ekosistem laut kembali normal. “Penyu pun bisa bertelur kembali” tutupnya. (SAT)

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement