Suela-SK, Mediasi antara dua belah pihak oleh UPTD Dikbud Kecamatan Suela soal kasus dugaan pemotongan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) belum menemukan titik terang.
Lantaran kepala sekolah SDN 4 Ketangga tak menghadiri acara mediasi dan juga guru yang seharusnya mewakili kasek nya tidak berani memberikan keterangan atas dugaan pemotongan BSM ini.
Bertempat di sekolah SDN 4 Ketangga, Kecamatan Suela, Lombok Timur yang langsung di hadiri oleh Kepala UPTD kecamatan Suela Lalu Muhammad Jauhari Marjan dan jajarannya, Kepala Wilayah Montong Gedeng dan Komite SDN 4 Ketangga (26/07).
Dalam sambutan Lalu Muhammad Jauhari Marjan menerangkan kedatangan nya dengan jajarannya untuk mediasi antara dua belah pihak yaitu sekolah dan wali murid.
"Saya dan jajaran yang lain bermaksud kesini untuk mediasi wali murid dan pihak sekolah karena banyak wali murid mengatakan tidak pernah di berikan dana BSM oleh pihak sekolah sedangkan kata kepala sekolah sudah di berikan" jelasnya.
Kasus ini seharusnya kepala sekolah hadir di hadapan wali murid agar bisa memberi keterangan yang jelas kepada wali murid, meskipun data penerimaan yang di tunjukan dari pihak sekolah tidak mampu untuk memberikan bukti yang jelas.
“seharusnya kepala sekolah hadir memberikan keterangan dan bukti –bukti di hadapan wali murid, dan seharusnya guru-guru sekolah juga memberikan kita keterangan agar wali murid tidak berfikir macam-macam”terangnya.
Masih kata kepala UPTD Dikbud Suela ia merasa kedatangannya dengan jajaranya tidak di hargai oleh pihak sekolah SDN 4 Ketangga “ kami merasa kecewa, kami kesini ingin menyelsaikan masalah ini, tapi sampai saat ini kepala sekolah dan guru sekolah tidak hadir dihadapan wali murid yang menerima BSM ini”tegasnya.
Dalam mediasi tersebut puluhan wali murid datang untuk memberikan bukti dihadapan UPTD Dikbud Kecamatan Suela bahwa buku rekening nya sudah kosong setelah di cek ke Bank BRI. Selain itu juga wali murid menceritakan kepada UPTD Dikbud bahwa anak nya yang sudah tamat tidak dapat BSM namun setelah keributan ini terjadi dan mendapatkan buku rekeningnya ternyata ia dapat, tapi uang tidak pernah di dapatkan.
“setelah anak saya SMP ia di mintakan rekeningnya, saya tanya pihak sekolah dan saya di kasih setelah di cek ke Bank BRI ternyata kosong dan setelah itu saya abaikan, namun setelah ribut soal BSM yang tidak cair tahun 2021 ikut lah saya bersuara di wali murid lainya, ternyata bukan tahun 2021 saja namun dari tahun 2019 sudah terjadi pemotongan” ungkap Adi /Amaq Awan.
Dengan bukti rekening yang sudah di cek ke BRI menjadi bukti nyata BSM milik siswa dan siswi itu di potong oleh pihak sekolah dan jika maslah ini tidak akan selesai maka wali murid akan bertindak tegas lagi.
“kami berharap kasus ini harus bisa selesai dan hak kami bisa di kembalikan, jangan sampai kasus ini di sembunyikan dan di selesaikan dengan sepihak, jika kasus ini tidak akan selesai kami akan bertindak sendiri” tegas Hamdan/Amaq Ril.®
0 Komentar