Lombok Timur, SK - Dia adalah Isa, kelahiran 31 Desember 1987 asal Dusun Sukamulia, Desa Pohgading Timur, Kecamatan Pringgabaya. Enam Tahun sudah ia merawat suaminya, Zaenal Abidin (36 Tahun) yang menderita lumpuh akibat kecelakaan kerja ketika bekerja jadi buruh migran di Malaysia.
Setelah Zaenal menderita lumpuh permanen, Istrinya (Isa) yang mengambil alih tanggung jawab makan, minum dan biaya sekolah anaknya Reza Al-Kaisar yang masih duduk di bangku kelas Lima (V) Sekolah Dasar.
Keseharian, Isa banting tulang bekerja sendirian jadi buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski penghasilan jadi buruh tani tidak seberapa, namun ia tetap ikhlas demi keluarga tercintanya. Kemudian rumah sederhana yang ia tempati bersama suami dan anaknya adalah hasil kerja gotong royong keluarganya.
"Rumah ini dibangun atas inisiatif keluarga bekerja secara gotong royong sehingga bisa berdiri seperti ini," timpal Supardi, saudara Zaenal yang kebetulan turut mendampingi tim SBC.
Untuk diketahui, Ibu satu orang anak yang masih duduk di bangku kelas Lima (V) Sekolah Dasar ini jadi penopang hidup keluarga selama suaminya lumpuh permanen akibat jatuh dari pohon Durian awal tahun 2016 lalu. Setengah dari badan suaminya mulai dari pinggang hingga ujung kaki tidak bisa digerakkan.
Ketika awak media bersama tim SBC Peduli mendatangi rumahnya, Kamis, (6/1) sambil membawa bantuan sembako dalam rangka menyambut hari Ibu, tim SBC melihat langsung kondisi Zaenal yang berbaring lesu tak berdaya diatas kasur tipis miliknya.
Membayangkan masa lalunya, ia tidak menyangka seminggu bekerja di negara Jiran (Malaysia) akan mengalami nasib malang jatuh dari pohon. Sebulan dirawat di rumah sakit Malaysia justru penyakitnya tidak kunjung sembuh. Dokter kata Zaenal memvonisnya patah tulang rusuk sehingga dengan terpaksa Zaenal harus pulang ke Lombok.
"Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, saya bekerja serabutan jadi buruh tani. Mengharap suami saya dalam kondisi lumpuh seperti ini tentu tidaklah mungkin," cetus Ibu satu anak ini.
"Jangankan kerja untuk duduk, mandi, apa lagi buang air besar harus dipangku. Makanya saya tidak bisa jauh darinya kecuali pada saat-saat tertentu," tambah Isa.
Selain lumpuh, Zaenal juga belum memiliki KTP karena tidak pernah melakukan perekaman e-KTP ke unit pelayanan Adminduk Kecamatan. Kondisi fisik tidak memungkinkan untuk pergi ke kantor camat apalagi kantor camat lumayan jauh dari tempat tinggalnya.
Sehubungan dengan itu, keesokan harinya, jurnalis menelpon langsung Dinas Dukcapil bagian pelayanan Adminduk skala khusus masyarakat marginal dan disabilitas (Tuak Manis) Mahsuf. Bersama timnya, Mahsuf berjanji dalam waktu dekat akan turun menyisir warga yang belum mendapatkan pelayanan maksimal dari Dukcapil khususnya di Desa Pohgading Timur. (Fik)
0 Komentar