Sedih karena putus cinta, tapi lupa kalau saudara-saudara kita ada yang lebih bersedih karena putus sekolah.
Menangis karena hati terluka oleh sang kekasih, tapi lupa kalau saudara-saudara kita lebih terluka karena haknya diinjak-injak. Galau karena cinta ditolak, tapi lupa kalau saudara-saudara kita ada yang berusaha tidak galau meski kehilangan tempat tinggal pasca bencana.
"Tidak ada masa damai, yang ada hanyalah masa istirahat di antara kedua perang".
Jika benar begitu, apa kita siap membela negara jika esok hari kita kembali dijajah? Apa kita tahu apa yang mesti dilakukan saat ada segerombolan orang-orang ingin menjatuhkan paham yang kini kita anut? Apakah kita sudah punya ide dan strategi agar negeri ini selamat?
Ataukah kita akan terlalu sibuk membetulkan poni; sibuk mengunggah foto selfie dengan latar pertempuran; sibuk memperbarui status sedang ada di medan perang?
Negeri ini adalah dirimu, dirimu adalah negeri ini. Tanah yang kau beraki, yang kau kencingi, yang kau ambil airnya untuk kau minum, yang kau ambil padinya untuk kau makan. Tak pernahkah kau merasa berutang untuk membawa Bumi Pertiwi ke arah yang lebih baik?
0 Komentar