Lotim.SK_Kekerasanerbasis Gender Online (KBGO) ini masih tabu oleh sebagian masyarakat. Namun demikian sudah banyak kasus yang terjadi dan tidak satupun berani ungkap.
Satu kasus terjadi pada akhir tahun 2020 beredar video anak usia sekolah di kabupaten Lombok Timur dengan pacarnya sendiri.
Video tersebut sedang mantap-mantap lewat vicol. Video tersebut dimanfaatkan oleh pacar sebagai senjata untuk memeras anak. Jika tidak diberikan uang, ia mengancam menyebarkan video Vicol mantap-mantap itu.
Dan pada saat tidak ada uang untuk memberikan kepada si laki-laki itu, akhirnya Vicol mantap-mantap disebarkan.
Dan kasus ini dianggap aib dan tentu tidak diselesaikan secara hukum. Karena lagi-lagi alasan aib anak perempuan.
Dalam pembelajaran hari ini Combine Resource Institution gelar diskusi KBGO meningkatkan dimasa Pandemi, bagaimana mengatasinya?
Maka penting untuk terus mengawasi anak-anak kita dan keluarga perempuan kita untuk berhati-hati dalam berkomunikasi melalui media sosial yang ada.
Menurut data Komnas Perempuan, Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di Indonesia tahun lalu menembus angka 904 kasus. Angka ini meningkat drastis dari tahun 2019 yang mencapai 281 kasus. Pandemi dan perubahan pola aktivitas menjadi daring menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus KBGO.
Meski indeks kesetaraan gender semakin membaik, tak bisa dimungkiri pada praktiknya kekerasan berbasis gender, terutama pada perempuan, masih sering terjadi. Penyebabnya adalah masih lestarinya stigma terhadap kaum perempuan dan kultur partiarki yang terlalu mengakar. Dampak dari KBGO juga tidak bisa dibilang sepele. Mulai dari dampak psikologis; ekonomi, sosial, politik; hingga fisik.
Ketika hampir semua aktivitas dilakukan secara daring, potensi kekerasan ini meningkat. Data Komnas Perempuan sudah menunjukkan itu. Lalu apa yang harus dilakukan agar kasus-kasus KBGO tidak lagi terjadi, atau minimal berkurang drastis?[]
0 Komentar