Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Mata Air Mengering, Ada Air Mata Menyuling


Lotim. SK_mata air dan air mata. Itulah judul tulisan yang dirasa pas disematkan dalam sebuah tulisan yang akan ditulis oleh penulis.


Dikutip dari wikipedia, mata air adalah sebuah keadaan alami dimana mata air mengalir keluar dari akuifer menuju permukaan tanah. Mata air merupakan bagian dari hidrosfer.


Sedangkan air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh lakrimasi untuk membersihkan dan melumasi mata. Kata lakrimasi juga dapat digunakan merujuk pada menangis.


Kedua kata di atas bersinonim atau memiliki bentuk yang sama namun memiliki arti atau pengertian yang berbeda.


Judul tulisan diatas sengaja penulis angkat sebagai referensi tentang apa yang terjadi di sekitar kita. Fenomena alam kemarau panjang salah satu penyumbang penyebab terjadinya kekeringan bahkan kebakaran.


Penyebab yang kedua adalah penebangan pohon secara liar pada hutan lindung yang menjadi penyuplai air sehingga berakibat terjadi kekeringan. Kekeringan itu bukan saja berdampak langsung pada mereka yang melakukan penebangan namun pada semua lini kehidupan. 


Jika kekeringan itu merambah pada sendi-sendi kehidupan manusia, maka siapkanlah wadah seperti gelas atau ember tempat untuk menampung air mata pengganti mata air. 


Biasanya, air mata itu mengalir setelah melihat tanaman para petani mati dalam kekeringan, sebab tidak mendapat asupan gizi (air) yang cukup. Sehingga berakibat gagal panen dan pada akhirnya petani tepuk dada tanda merugi.


Lalu siapakah yang akan kita salahkan…?

Mengutip salah satu judul lagu Ebiet G Ade. "Tanyakan Pada Rumput Yang Bergoyang"  Penulis rasa tidaklah berlebihan.


Mengutip dari lirik lagu tersebut, rumput yang kita tanya pun tidak kuasa untuk menjawab. Karena kita mengalami permasalahan yang sama. Ia pun tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik bahkan cenderung menangis, karena diinjak oleh derap kaki kerbau. 


Tapi ia menangis tanpa air mata karena rumput tidak dianugerahi mata. Rumput hanya bisa pasrah meratapi nasibnya sebagai tumbal santapan lezat bagi Kerbau atau hewan jenis lainnya.


Tidak bisa dibayangkan oleh penulis, pantauan penulis di hilir, para petani diwakili pekasih berebutan air dengan masyarakat pengguna air (rumah tangga) yang mana, sebenarnya air itu juga sangat dibutuhkan masyarakat untuk memasak, minum, mandi, mencuci serta kebutuhan lainnya.


Antara petani dan masyarakat pengguna air untuk kebutuhan rumah tangga sebenarnya sama-sama membutuhkan. Begitu pula untuk sarana ibadah, air itu setiap waktu dibutuhkan oleh jamaah.


Pantauan penulis, apabila waktu malam  menjengah, pekasih mulai mengambil ancang-ancang (persiapan) menutup saluran air yang menuju pemukiman warga. Kemudian kran air tersebut dibuka lebar-lebar dialirkan menuju saluran irigasi petani sawah.


Tidak ayal akibatnya, sering menimbulkan gejolak di tengah masyarakat sebab mereka saling menutupi. Kran saluran primer bahkan sekunder sekalipun mereka tutup. Beruntung selama ini tidak menimbulkan anarkis hanya riak-riak kecil.


Belum lagi kita bicara air yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dijual untuk kepentingan bisnis. Air itu dijual pada masyarakat yang notabene memiliki hak (otonom) atas air karena sumber mata air itu berada di wilayah masyarakat adat.


Alih-alih untuk kepentingan masyarakat, malah dijual kembali ke masyarakat dengan harga yang cukup marjinal. Air itu juga dijual ke wilayah lain sedangkan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut masih kekurangan. Itulah kebijakan pemerintah, lalu rakyat mau bilang apa meskipun dengan kebijakan itu rakyatlah yang paling dirugikan.


Nah, oleh karena itu, penulis ingin berpesan kepada kita semua termasuk pihak otoritas pengambil dan penentu kebijakan. Mari kita sama-sama menjaga sumber mata air itu. Lestarikan lingkungan kita dengan memperbanyak program reboisasi pada hutan yang sudah gundul.

Jangan izinkan perusahaan masuk mengakuisisi hutan masyarakat.


Pemerintah atau perusahaan yang memiliki ladang bisnis pada air ini diharap perlu mengambil peran. Jangan hanya sekedar mengambil nikmat keuntungan bisnis mengelola air minum sedang rakyat hanya kebagian dampak.


Tunjukkan pada masyarakat lingkar hutan bahwa pemerintah peduli. Dampingi, berikan mereka program untuk penghijauan agar mereka juga merasa ikut bertanggung jawab atas hutan lindung penyumbang air terbesar untuk kehidupan anugerah Tuhan yang Maha Esa.



Penulis: FIKRI MS 


Anak Jalanan, Pemerhati Sosial sekaligus Jurnalis Speaker Kampung

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement