Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Antisipasi Erosi dan Kekeringan Laksa Pembibitan

Lombok Timur, SK - Selain melakukan program penghijauan pada hutan lindung, Komunitas Lestari Alam Kehidupan Sambelia (Laksa) pasca pandemi ini, melakukan program kegiatan pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR)


Program pembibitan ini, dimulai sejak 17 Agustus 2020 hingga empat bulan kedepan in in inses dengan Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)


Adapun tanaman yang akan disemai seperti, Nangka, Srikaya, Sawo, Asam dan juga Beringin, dengan total 20.000 batang.


Sejak terbentuknya Komunitas Laksa empat tahun silam, dengan program kerja yang terarah sehingga pemerintah mengapresiasi Laksa dengan ajakannya kerjasama dalam pembibitan buah-buahan yang memberi manfaat langsung pada masyarakat.


Ketua Laksa, Muhammad Humaeni, S.Pd.i pada media ini menjelaskan, keberadaan Laksa katanya, tiada lain bertujuan untuk memprovokasi pemerintah dan masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan (hutan) agar tetap lestari sebagai sumber mata air kehidupan.


Laksa melakukan pembibitan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat agar buah dari tanaman itu bisa dinikmati sekaligus dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga.


"Saya berharap kepada masyarakat agar tanaman ini baik-baik saja yang merawat mereka merawat atau mencintai istri dan anak-anaknya," pesan Humaeni, Kamis, 20 Agustus 2020.


Anggota Laksa lainnya Samsul Rijal berharap hal yang sama. Sebagai koordinator, dia terus memotivasi anggota komunitasnya untuk bekerja semaksimal mungkin agar target penghijauan lahan ini bisa dicapai.


"Media yang kami gunakan dalam membuat KBR ini dari kayu, bambu serta tanah. Kemudian, atapnya menggunakan paranet untuk menjaga sirkulasi udara sekaligus fotosintesis pada pagi harinya," terang Samsul Rijal. 


Program pembibitan tanaman untuk penghijauan ini mereka lakukan melihat Sambelia, ketika musim hujan sering terjadi akibat penebangan kayu (penebangan ilegal) secara liar oleh orang yang tidak bertanggung jawab.


Begitu pula ketika musim kemarau tiba, masyarakat sering kekurangan air akibat hutan yang sudah gundul. Karena pohon kayu sebagai penyangga air hujan banyak yang ditebang, sehingga Laksa berinisiatif lakukan reboisasi.


Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang disebabkan oleh alam maupun kelalaian manusia (human error) juga bisa jadi bencana alam, sehingga berdampak langsung pada kehidupan.


Oleh karena itu, sinergitas antara masyarakat, perusahaan dan juga pemerintah perlu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah sering turun gunung lakukan sosialisasi kepada masyarakat. (Ggar)

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement