Lombok Timur, SK - Tidak sedikit petani tembakau mengeluhkan monopoli harga yang dilakukan oleh perusahaan rokok. Beberapa tahun terakhir ini harga jual tembakau jarang berpihak pada petani.
Keluhan petani tembakau ini disampaikan Lalu. Nursiwan (35) mewakili petani tembakau lainnya, pada jurnalis Speaker Kampung, Selasa (21/7) di rumahnya Desa Dadap, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, NTB.
Setiap tahun ketika panen raya, para pengepul (tengkulak) banyak berkeliaran mencari tembakau ke sawah warga. Mereka bekerja sama dengan bos tembakau (perusahaan) menawarkan harga yang cukup marjinal dari harga yang sebenarnya.
Seharusnya kata Nursiwan, perusahaan rokok bisa langsung turun ke petani tembakau jangan mengharapkan pengepul. Karena jika sudah ditangan pengepul maka selisih harganya akan jauh berbeda.
"Selisih harga ditawarkan tengkulak pada petani hingga 150 ribu rupiah per kwintal dari harga perusahaan," keluh Nursiwan.
Beralih tanam ke tanaman lain pada musim ini (kemarau) kata Nursiwan, tidak bisa. Sebab selama dia menjadi petani, jika ingin menanam cabe harus dibarengi dengan menanam tembakau sebagai tanaman tumpang sarinya, baru hasilnya bagus.
"Hasilnya tidak bagus jika tidak didampingi dengan tanaman tembakau," terang Nursiwan.
Kemudian petani tembakau lainnya, H. Saleh (54) mengatakan, menanam tembakau sebenarnya bukan hal yang diprioritaskan. Tembakau hanya dijadikan tanaman tumpang sari sekedar mengembalikan biaya produksi. Keuntungan yang diharapkan petani sebenarnya dari hasil tanam cabe karena masa panennya cukup lama.
"Kalau tembakau hanya sekedar mengembalikan biaya produksi saja, namun yang lebih prioritas bisa mendapat keuntungan dari bertani ini hanya tanaman cabe," terang Pak Haji. (Ggar)
0 Komentar