Lombok timur.SK_Munawir Haris, S.sos dan Hasbullah adalah dua orang bersaudara lahir dan dibesarkan di sebuah desa terpencil, jauh dari hiruk pikuknya ibu kota. Tepatnya di Desa Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, NTB.
Desa Ini berada di sepanjang pesisir pantai dengan beragam ekosistem laut hidup di dalamnya. Disana juga kita bisa melihat terumbu karang, hutan magrove yang masih asri, bermacam jenis dan warna ikan menari riang di tengah laut yang membiru, tenang dan mengasyikkan. Bagi siapa saja yang pernah berwisata ke tempat ini, pasti ingin kembali lagi.
Berwisata ke pantai yang berada di ujung Utara Lombok Timur ini, memang menjadi impian semua orang. Riak gelombangnya, air lautnya yang membiru, jernih, bersih, steril dari sampah dan kotoran lainnya.
Kemudian pasir putihnya yang memikat, panorama alam yang indah memukau sangat pas bagi kaula muda yang gemar berswafoto. Pantai ini dikelilingi oleh tiga gili yang dinamakan Gili Sulat, Gili Kondo dan Gili Petagan.
Ketiga gili ini jauh dari kata tercemar. Lokasi santai yang memikat hati, tempat istirahat yang nyaman sehingga bisa menghipnotis setiap orang yang ingin berwisata ke tempat ini.
Untuk berkunjung menuju tiga gili ini, wisatawan bisa menggunakan perahu yang dipandu oleh penggiat wisata (Pokdarwis) pemuda desa setempat. Ongkosnya pun sangat bersahabat, dijamin tidak akan membuat kantong anda kering.
Mengenai penginapan, para wisatawan juga tidak perlu khawatir. Yayasan Anak Pantai (YAP) sudah menyiapkan lokasi penginapan (bungalow) yang tentu nyaman untuk ditempati.
Tiara Homestay, Labuan Pandan siap menunggu kedatangan anda. Penginapan ini menyajikan berbagai jenis makanan dan minuman khas Lombok. Sembari mengisi liburan, bagi anda yang gemar melantunkan syair indah lewat lagu favorit anda, Tiara Homestay juga menyediakannya. Hiasan lampu di setiap sudut ruangan akan menambah romantis suasana malam anda ditemani secangkir kopi.
Selain itu, YAP dan Homestaynya juga menyediakan pemandu wisata yang akan membawa anda berselancar hingga puas mengelilingi kawasan wisata. Anda juga diperbolehkan menginap di salah satu gili yang anda banggakan sambil membangun istana pasir putih.
Itulah sekilas info, profil tentang pasir putih di atas langit bawah awan. Lokasi wisata yang tentu sangat memanjakan mata. Penulis narasikan sebagai gambaran bagi wisatawan yang ingin mengisi liburan bersama keluarga dan sahabatnya.
BACK TO THE TOPIK….
Sebagai konseptor yang idealis, pendiri sekaligus pembina Yayasan Anak Pantai (YAP) Munawir Haris, S.sos dan Hasbullah, sejak kecil oleh orang tuanya dididik menjadi insan yang berjiwa sosial, peduli sesama. Jika ada kelebihan rezeki, dia diajari untuk selalu berbagi kepada sesama karena pada prinsipnya, sebagian dari rezeki itu adalah milik orang lain.
Berawal dari ajaran serta motivasi orang tuanya, sehingga pada tanggal 5 Maret 2002, Ia mendirikan lembaga yang dinamakan Yayasan Anak Pantai disingkat YAP di tanah miliknya seluas 17 are atau 1,70 Meter persegi.
Di tanah miliknya, dia membangun sekolah gratis. Dihajatkan sebagai wadah belajar mengajar khusus bagi anak yatim, anak keluarga kurang mampu, anak buruh migrant, pada umumnya anak-anak yang termarjinalkan. Sekolah itu dinamakan Sekolah Dasar Islam (SDI) Islah Bina Al-Ummah.
Sekolah itu, didirikan pada tahun 2002 dengan surat Izin Operasional Nomor: 01/YAP/VII/2002, Tanggal, 1 Agustus 2002. Diterbitkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Sekolah itu menampung sedikitnya 61 peserta didik, Delapan orang guru, Dua orang Operator sekolah dan dua orang lagi pegawai Tata Usaha (TU) sehingga berjumlah Dua belas orang.
Setiap tahun pembina Yayasan (Munawir Haris) harus menyiapkan dana untuk biaya operasional sekolah sebanyak 65 juta. Uang sebanyak itu termasuk gaji guru dan pegawainya. Karena semua guru dan pegawai yang mengabdi di sekolah tersebut statusnya masih tenaga honorer.
Dari Duabelas orang guru itu, belum ada satupun diantara mereka berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang gajinya dibayarkan oleh pemerintah.
Selama sekolah ini beroperasi, honor guru serta pegawainya disisihkan dari dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan sekali setahun. Dan, itupun jumlahnya tidak menentu. Sehingga, tidak heran apabila guru dan pegawai yang mengabdi di SDI tersebut harus bekerja ekstra (serabutan) di luar jam mengajarnya di sekolah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Tapi beruntung semenjak dibangunnya sekolah itu, dana untuk membangun fisik dibantu oleh donatur bernama Hank Klaste & Family lewat lembaganya Anak-Anak Lombok Timur Foundation (A2LTF) dan Wilde Ganzen warga negara Belanda.
Tidak cukup sampai disitu, Munawir Haris perlu menatap masa depan anak-anak ini lebih jauh lagi. Setelah siswa/siswi ini belajar selama Enam tahun di SDI, Islah Bina Al-Ummah, tentu mereka harus melanjutkan pendidikan lagi minimal ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Menyekolahkan anak setingkat SD saja orang tuanya banyak yang tidak mampu, apalagi berlanjut ke tingkat SMP. Itulah yang menjadi beban pikiran Haris dkk. Sehingga dengan modal nekat, pada tahun 2017 lalu, dia menambah ruangan kelas untuk anak tamatan SDI- Islah Bina Al-Ummah yang akan melanjutkan pendidikannya ke SMPI Anak Pantai, tapi itu belum juga bisa mengakomodir lonjakan siswa baru terkendala ruang kelas.
Kemudian, tepatnya, Senin, 6 Juli 2018, peletakan batu pertama pembangunan gedung SMPI Anak Pantai dilakukan oleh Bupati Lombok Timur, Drs, HM.Sukiman Azmy, MM. Kemudian, pada saat itu, Bupati berjanji akan membantu dana pembangunan fisik sekolah yang di bangun YAP.
Namun akhirnya, tidak berselang lama setelah Bupati lakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung SMPI, pada, Ahad, 27 Juli 2018, gempa bumi beruntun terjadi mengguncang Lombok.
Gempa yang maha dahsyat itu banyak menelan korban, menghancurkan ribuan rumah warga, sekolah, dan fasilitas umum lainnya termasuk rumah Munawir Haris dan Hasbullah.
Sehingga dengan alasan itulah, Bupati Lombok Timur, HM.Sukiman Azmy tidak bisa merealisasikan janjinya karena pemerintah pada saat itu lebih fokus menyalurkan bantuan untuk korban gempa bumi.
Begitu pula, YAP tidak bisa melanjutkan pekerjaannya menambah ruang sekolah. Dana tiga ratusan juta rupiah bantuan A2LTF dan Wilde Ganzen dialihkan untuk membantu masyarakat Lombok Timur dan Lombok Utara yang tertimpa bencana.
Sehingga selama setahun (2019) pembangunan gedung untuk siswa/siswi SMPI, sebanyak 45 orang tersebut yang berukuran 21 x 9 meter sebanyak Enam kelas dengan ruangan 7 x 7 meter, dua tingkat ini, terpaksa tertunda.
Dana (uang) yang pada awalnya akan dialokasikan untuk menambah ruang kelas SMPI Anak Pantai bantuan donatur tersebut, dialihkan untuk membangun rumah layak huni. Diperuntukkan kepada 225 Kepala Keluarga (KK) dan pembangunan MCK sebanyak 87 unit diberikan kepada warga terdampak gempa.
Kemudian setelah itu, program pelatihan (Kursus) Las dan konstruksi baja ringan menyasar 21 pemuda pengangguran Desa Labuhan pandan berlangsung selama dua pekan. Pada, 26 Agustus 2019 dibuka oleh sekcam Sambelia, Adam, S.sos (Almarhum) YAP ketika itu menggandeng LLK Lombok Timur.
Pengobatan mata gratis juga diberikan kepada 25 orang warga Labuhan Pandan, pada 13 - 14 Januari, berlanjut 23 - 24 Januari 2020 di Rumah Sakit Mata, Kota Mataram, NTB. Biaya pengobatan mata ini lebih dari Lima juta rupiah/pasien.
Berikutnya, dana pendampingan pasien menelan belanja Rp 125 juta diberikan kepada pasien pengidap penyakit kronis (tumor ganas) dan Rp 75 juta bantuan diberikan kepada siswa SD untuk biaya operasi dubur. Dan, Alhamdulillah, mereka yang dibantu itu semuanya sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa.
Kemudian, pada tahun 2020 ini, YAP kemudian, berencana melanjutkan pembangunan gedung SMPI yang sempat tertunda. Tapi, lagi-lagi bencana non alam pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) pada awal Maret 2020 melanda Indonesia dan dunia.
Akibat dari musibah itu (Covid-19) YAP kemudian ikut berkontribusi meringankan beban pemerintah dengan menyalurkan bantuan sembako menyasar warga yang terdampak Covid-19.
Bermula, pada tanggal 15 dan 23 April 2020, YAP menyalurkan bantuan sembako sebanyak 250 paket, menyasar warga terdampak Covid-19. Tidak berhenti sampai disitu, berikutnya pada 20 Mei 2020 YAP kembali menyalurkan bantuan sembako sebanyak 640 paket kepada masing-masing Kepala Keluarga (KK) tidak mampu termasuk para duda dan janda se-Desa Labuhan Pandan. Bantuan tersebut berupa beras, gula, susu, minyak goreng, telur, mie instan, dan beragam jenis bantuan lainnya.
Nah, setelah penyebaran Covid-19 ini berangsur-angsur hilang dari ingatan kita. Pemerintah Indonesia merubah status dari darurat Corona menjadi New Normal. YAP berencana akan melanjutkan pembangunan gedung SMPI Anak Pantai pada pertengahan tahun ini.
Tujuannya supaya nanti, apabila pemerintah resmi memperbolehkan anak masuk sekolah maka, ada ruang kelas baru tempat mereka belajar agar tidak terus berdesakan.
Nah, untuk melanjutkan konstruksi gedung sekolah ini, tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagaimana disampaikan di atas bahwa, YAP masih membutuhkan bantuan dana kisaran 700 juta rupiah lagi agar gedung sekolah ini bisa segera ditempati.
Selain dana rutin yang bersumber dari lembaga Funding yakni A2LTF dan Wilde Ganzen, YAP juga sangat berharap bantuan dari pemerintah setempat maupun dari lembaga donor lainnya.
Mengingat tahun ajaran baru, anak-anak sudah banyak yang mendaftar masuk sekolah. Sementara fasilitas ruangan kelas masih minim sehingga, YAP perlu kerja ekstra agar pembangunan gedung yang sempat tertunda ini bisa dilanjutkan kembali.
Kerjasama dari semua pihak termasuk lembaga pemerintah, swasta serta lembaga donor peduli pendidikan lainnya, baik yang berada di Indonesia maupun luar negeri, diharap bisa membantu keberlanjutan pembangunan gedung sekolah yang berada di Desa Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penulis: Fikri
0 Komentar