Lombok Timur, SK - Berbicara tentang rokok dan perokok memang tidak akan pernah ada akhirnya. Mengingat sebagian dari rakyat Indonesia perokok aktif, mulai dari kalangan masyarakat ekonomi kelas bawah, menengah hingga sekelas pejabat pun ada yang merokok.
Jadi tidak heran apabila media komunitas Speaker Kampung terus mengangkat isu ini ke permukaan mengingat target rokok ini kebanyakan menyasar anak muda dan pelajar.
Isu Kawasan Tanpa Rokok (KTR) beberapa hari lalu pernah diangkat dalam program Dialog Khusus Selaparang TV dengan tema Corona dan Rokok, menggandeng aktivis anti rokok dan Sekretaris IDI Lombok Timur.
Kemudian, pada Jum'at (19/6/2020) Jurnalis Speaker Kampung, kembali adakan mentoring online membawa isu yang sama. Dengan isu KTR, mengundang penggiat media komunitas
Dialog virtual menggunakan aplikasi zoom dengan moderator, Rian Arsyad, bersama jurnalis Speaker Kampung, aktivis anak dari Gagas serta mahasiswa dari UMM.
Untuk itu, sebagai Media Warga, Speaker Kampung dari awal berkomitmen untuk terus memprovokasi pemerintah agar perda KTR tersebut bisa dijalankan, tidak hanya sebatas di atas kertas.
Menyikapi fenomena seperti itu, aktivis anak dari Gagas Foundation, Mataram, Halid, menjelaskan, kita ini katanya ibarat Mobil pemadam kebakaran (Damkar) sudah terbakar baru kita eksekusi.
Kenapa pemerintah termasuk orang tua dan tenaga pendidik tidak berusaha melakukan pencegahan lebih awal sebelum terjadi. "Kita tau sasaran sponsor rokok ini terbanyak adalah anak muda dan pelajar," kata Halid.
"Pangkas akar permasalahannya, kekuatan kata-kata mampu mengedukasi anak-anak. Jangan pernah copy paste kebiasaan orang tua merokok," tambah aktivis muda asal Kota Praya ini.
Begitu pun dikatakan Sukron, aktivis Lentera Anak yang juga anggota Gagas. Bersama teman- teman aktivisnya, pernah mengajukan harga rokok dinaikkan berlipat-lipat. Tujuannya supaya masyarakat tidak lagi membeli/konsumsi rokok pabrikan tapi, lagi-lagi bagi perokok aktif nyatanya itu tidak ada efeknya.
Merk rokok familiar, dikenal konsumen akan rasanya kata Fikri, bisa saja dinaikkan harga jualnya, tapi produsen rokok pinter. Mereka akan mengeluarkan merk rokok baru dengan kemasan baru, harga terjangkau kemasannya bisa menghipnotis mata konsumen sehingga membuat orang tertarik untuk membelinya.
Apapun jurus yang dikeluarkan perusahaan rokok, aktivis anti rokok yang peduli generasi penerus bangsa, tidak akan pernah diam. Mereka akan terus melakukan provokasi kepada pemerintah agar perda KTR ini bisa benar-benar dijalankan sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku. (Ggar)
0 Komentar