Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Seorang Bayi Diketahui Gizi Buruk di Lombok Timur

Lombok Timur, SK - Penyakit gizi buruk masih  ditemukan di beberapa tempat. Meskipun pemerintah melalui dinas kesehatan seperti Puskesmas, didorong untuk terus memberikan pelayanan maksimal kepada warga melalui posyandu dengan memberikan makanan tambahan untuk pencegahan gizi buruk dan stunting.

Dinas kesehatan terus berupaya membantu masyarakat mengurangi gejala gizi buruk pada anak dengan memberikan makanan tambahan kepada bumil dan balita melalui kader posyandu di setiap desa.

Tujuannya supaya tidak ditemukannya lagi anak yang menderita penyakit kekurangan gizi atau gizi buruk menahun (kronis) seperti yang dialami Muhammad Saleh (2 tahun) alamat Dusun Barito,Desa Sambelia, kecamatan Sambelia, Lombok Timur.

MS panggilan Saleh, kelahiran 18 Juli 2017 putra pasangan Amaq Yul dan Rukiah, menderita gizi buruk terhitung sejak 2 Januari 2019, menurut ibunya, Saleh menderita penyakit kekurangan gizi katanya pasca terjadinya gempa setahun yang lalu. Hingga kini penyakit anaknya itu belum bisa diatasi. Meskipun orang tuanya sudah berupaya melakukan pengobatan secara medis dengan fisioterapi dibantu petugas kesehatan dari puskesmas maupun secara alternatif.

Merespon kejadian itu, camat Sambelia, Zaitul Akmal didampingi istrinya sekaligus ketua PKK Kecamatan dan Kapolsek Sambelia, Iptu. Ahmad Yani, pada (8/12) langsung turun berkunjung ke rumah korban, kemudian membawanya ke Puskesmas terdekat untuk menerima perawatan secara intensif.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas medis ternyata, MS bukan saja menderita kekurangan gizi tapi dia juga dinyatakan menderita penyakit pneumonia atau biasa disebut radang paru-paru, epilepsi dan Down Syndrome. Sehingga pihak puskesmas mengarahkannya untuk segera dirujuk ke RSUD DR Soedjono, Selong, agar penyakitnya bisa segera diatasi.

Lagi-lagi karena alasan jauh dan tidak bisa menunggu anaknya untuk rawat inap di RSUD sehingga Amaq Yul meminta kepada petugas untuk merawatnya di Puskesmas saja.

"Terimakasih atas kepedulian pemerintah pada anak saya, tapi saya minta anak saya dirawat di Puskesmas saja apapun resikonya setelah dirawat biar saya yang tanggung, tidak ada juga yang bisa bantu saya untuk jaga rawat inap di rumah sakit," terang Amaq Yul yang kesehariannya bekerja sebagai tukang pandai besi.

Sehingga perawat sekaligus petugas gizi, Nurlaela yang mendampingi anak tersebut sejak dia menderita penyakit gizi buruk akan berupaya semaksimal mungkin membantu perawatannya di puskesmas.

Selama dia dirawat di puskesmas katanya dia akan membuatkan susu atau makanan formula untuk membantu asupan gizi pada si anak.

"Sekarang saya akan buatkan dia bubur formula sebagai makanan tambahannya selama dia dirawat, mudahan bisa kami atasi," harapnya. (Ggar)

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement