Salah satu desa
di Kabupaten Lombok Timur, yang masih mempertahankan budaya atau adat
ketimurannya adalah Desa, Lenek.
Lenek yang baru
saja dimekarkan dari kecamatan Aikmel menjadi kecamatan Lenek ini, banyak
menyimpan potensi unggulan yang mungkin jarang diekspos oleh media. Sebut saja
budaya festival Ngejot,
yang belakangan ini hampir pupus dari ingatan masyarakat.
Bak gayung
bersambut, pihak pemuda bersinergi
dengan Pemerintah Desa Lenek secara bersama-sama melestarikan tradisi
yang hampir hilang itu. Pelestarian tersebut dikongkritkan dengan mendukung
festival Tradisi Ngejot. Pihak pemerintah Desa Lenek dan Desa Lenek Pesiraman
secara bersama alokasi anggaran sejumlah Rp. 10.000.000 dalam acara festival
Tradisi Ngejot.
Kemudian atas
inisiatif dari beberapa orang tokoh pemuda, sehingga budaya Ngejot itu
direvitalisasi kembali keberadaanya. Setelah itu, kemudian Kepala Desa Lenek
dan Lenek Pesiraman ikut mendukung langkah pemuda tersebut. Demikian
disampaikan Sekdes Lenek, Radena Zabit, pada tim Capturing TPID Kecamtan
Aikmel.
|
Menurut Radena,
sekitar Tahun 2014 festival ngejot itu diadakan setiap seminggu sekali. Di Desa
Lenek misalnya, sudah ada maestro yakni Amaq Raya yang mempopulerkan tarian local.
Tarian local itu dikenal dengan tari
Gagak Mandi dan Gagak ngindang.
“Maestro itu
mereka munculkan lewat pentas seni. Tujuannya supaya seluruh Indonesia mengakui
bahwa tari Gagak Mandi itu adalah tarian dari Desa Lenek” jelas Radena Kamis,
10/10/2019 di Kantor Desa Lenek.
Setelah itu,
festival ngejot itu setiap tahun diadakan ketika menyambut bulan suci ramadhan
atau bulan puasa oleh pemuda, tokoh agama dan tokoh masyarakat desa setempat
yang didukung penuh oleh pihak pemerintah desa. Melihat kondisi local dengan
syle budaya Desa Lenek, Pihak Kepala Desa Lenek Kecamatan Lenek Kabupaten
Lombok Timur kemudian mengeluarkan Surat Keputusan Kepala (SK), bahwa para
perangkat desa diwajibkan menggunakan pakaian dinas dengan busana adat asli
sasak.
Ini sebagai
langkah nyata untuk menjadikan Desa Lenek sebagai desa budaya. Apa yang
dilakukan oleh sekelompok warga itu terkadang banyak cibiran dari masyarakat
lain yang tidak paham makna dari sebuah seni. Ada yang mengatakan tradisi yang
mereka tampilkan diadopsi dari tarian Bali. Artinya tidak sesuai dengan ajaran
agama Islam.
Sebagian besar budaya atau adat yang dilakukan oleh orang Lombok
memang punya kesamaan dengan budaya orang Bali. Pemuda bersama pemerintah
lantas tidak menyerah. Mereka terus berusaha meyakinkan masyarakatnya bahwa
budaya yang mereka gelar adalah budaya sasak punya filosofi tersendiri. Berkat
semangat mereka untuk melestarikan budaya tersebut sehingga masyarakat
menerimanya.
Hingga saat ini
keberadaan tradisi dan adat istiadat Desa Lenek terus dilestarikan. Semangat
pemuda bersama pemerintah desa terurai seiring sejalan dan seirama. Terbukti
dengan momentum tradisi Ngejot pihak pemerintah desa bersama dengan pemuda
gelar tradisi local itu.
0 Komentar