Lombok Timur. SK_ Perilaku atau kegiatan mencuci, memasak dan bersih-bersih bagi sebagian orang adalah tugas perempuan. Bahkan, jika itu dilakukan oleh kaum laki-laki dianggap ia berada pada ketiak perempuan.
Begitu halnya dengan sepasang suami isteri, jika pekerjaan itu diselesaikan oleh kaum Adam itu, maka seorang suami dianggap kalah oleh isteri.
Pernyataan ini, sejak lama terpatrik dalam kehidupan masyarakat di Lombok tak terkecuali di tempat tinggal kami yakni di Desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten Lombok timur.
Selain itu, urusan dapur, mengurus anak dan menggendong anakpun dianggap perilaku menyimpang, jika itu dilakukan oleh seorang suami. Padahal berbagi peran baik suami dengan isteri itu salah satu bentuk kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan dalam berkeluarga.
Budaya itu justeru dipatahkan oleh kelompok pemuda Desa Ketangga yang tergabung dalam komunitas pemuda Olor Chetok. Pada acara halal bihalal kelompok khusunya pemuda menyiapkan makanan hingga mencuci alat dapur itu dilakukan oleh para pemudanya. Para pemudi atau perempuan di tempat itu cukup duduk manis memantau kegiatan para lelaki itu.
Menurut Rozi Anwar yang juga anggota komunitas Olor Chetok mengatakan bahwa perilaku ini sudah kita rubah, melalui momentum halal bihalal ini kita yang bekerja, ibu-ibu atau para perempuan cukup menonton saja.
"Ini akan kita budayakan, agar kita sebagai laki-laki tidak gengsi atau enggan mengerjakan pekerjaan ini" jelasnya sembari menggosok panci yang ia bersihkan pada Jumat 7/6/2019.
Dulu dan sekarang masih juga dianggap perilaku atau pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para perempuan dan kemudian dilakukan oleh laki-laki dianggap menyimpang padahal berbagi peran itu sangat penting. (305)
0 Komentar