Montong Gading. SK- Tinggal
di kaki gunung Rinjani, warga Kebon Baru Dusun Galih Desa Peringga Jurang Utara,
Kecamatan Montong Gading, Kabupaten
Lombok Timur, memanfaatkan potensi alam sebagai penopang ekonomi.
Salah satu warga
Kampung Kebon Baru, Amaq Sebah (65)
mengolah nira menjadi gula merah. Pasalnya, di kampung tempat ia bermukim
terdapat banyak pohon enau atau aren.
Bermodalkan
sebilah pisau, Amaq Sebah setiap dua kali per hari harus berjalan hingga 300 M.
Ia menempuh jalan setapak demi mendapatkan air enau. Sembari melangkahkan
kakinya, ia membawa dua potong kekelok
(wadah air enau yang terbuat dari bambu- red) yang ia pikul dipundaknya. Air enau tersebut selanjutnya diolah menjadi
gula aren atau gula merah.
Gula merah
buatannya pun, ia jual ke pedagang di pasar
seharga Rp 15 ribu per bijinya. Demikian disampaikan Amaq Sebah, ia mengatakan "Ini
bisa kami manfaatkan karena bisa dijual," kata Amaq Sebah saat dijumpai
oleh pewarta adbmifoundation.com, Jumat (18/11/2016).
Dikala air enau sedang
banyak dalam sehari dapat di jadiakn gula merah sekitar tiga bilah, dan jika
dihargakan sekitar RP.75.000. Namun apa bila dipotong dengan harga kayu dan
biaya produksi, pekerjaan ini hanya mendapatkan sekitar Rp 15.000 sampai dengan
Rp 20.000 saja.
Tak hanya Amaq Sebah,
aktifitas ini juga dilakoni oleh kaum ibu-ibu. Saat air enau sampai diruumah,
selanjutnya dioleh menjadi gula aren. Kegiatan tersebut biasanya dilakoni oleh
ibu-ibu hingga proses penjualan ke pasar.
Seperi yang dikutip Ibu
Rabiatul Adawiyah, ia mengatakan “Aktifitas ini, tidak hanya dilakukan oleh
laki-laki, namun juga dilakukan oleh ibu-ibu” jelasnya.
Untuk diketahui, Kampung
Kebon Baru Dusun Dusun Galih Desa Peringga Jurang Uatara salah satu wilayah
yang berbatasan langsung dengan TNGR, di huni oleh sekitar 74 KK yang sebagian
besar berprofesi sebagai buruh tani perkebunan dan peternak. Sebagian juga
mereka menggantungkan hidupnya pada olahan gula aren yang didapat dari pohon
enau.(Parni)
0 Komentar