Lombok Timur. SK_ Kawan- kawan masih ingat dengan pribahasa orang tua dulu “Anget
– anget tain manuk”. Sebenarnya saya merasa gagap dengan ini bahsa…! Dan ini tidak
perlu terdengar lagi. Tapi kalu ini bias dirubah, rubahnya dengan anget- anget
apa ya..? Upss, ini PR bersama ya.!? He hee.
Kembali pada pembahasan awal, Anget- anget tain manuk sering
di sebut dengan hangat- hangat tahi ayam. Jika kita mengacu pada kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) peribahasa hangat – hangat tahi ayam artinya adalah kemauan yang tidak tetap atau tidak kuat.
Mungkin di benak Anda tidak banyak makna yang bisa diambil dari
kata “hangat-hangat tahi ayam”. Tapi ini pribahsa bukan tanpa filosofi. Nah
coba kita analisa tahi ayam itu seperti
apa.? Kawan- kawan pasti pernah lihat tahi ayam yang baru keluar dari
tempatnya? Ya, hangat bukan? Banyak unsure
gas keluar dan baunya masih sangat menyengat, tetapi coba Anda tunggu satu hari
kemudian pasti sudah mengeras dan baunya sudah tidak begitu menyengat lagi
karena uap tahi tersebut telah hilang.
Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa seseorang yang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh hanya
pada permulaan, lama kelamaan, ditinggalkan apabila sudah mulai bosan.
Nah dari penjelasan ini kemudian dapat dikorelasikan dengan
aktivitas ibadah di bulan ramadhan utamanya pada shalat tarawih. Dan kita bisa buktikan,
hampir di semua daerah dimana masjid yang biasanya sepi aktivitas di hari-hari
biasa, menjadi sangat ramai di minggu pertama bulan Ramadhan. Namun sangat
disayangkan juga, aktivitas membludak ini, lambat laun semakin berkurang.
Fakta unik juga terjadi di beberapa tempat peribadatan, baik
masjid, musolla dan lainya. Pada saat hari pertama tarawih barisan sap berjejer
membeludak. Namun pada hari- hari berikitnya berkurang, dan sangat disayangkan pada saat tanggal genting antara hari ke 25 s/d 30 hari hanya tersisa wangsit dan imam. (Eos)
0 Komentar