Lotim. SK_Seni kuda kayu atau jaran encok di Pulau Lombok hampir saja punah. Meski demikian hasil karya tangan ini kita bisa temukan di Desa Ketangga Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
Seni kuda kayu yang dimainkan oleh delapan penari laki-laki dengan memikul dua kuda tiruan yang terbuat dari kayu menjadi tradisi turun temurun dimasyarakat ummumnya beberapa desa di lombok
timur.
Kesnian kuda kayu sejak dulu keberadaanya serta menjadi tradisi turun temurun dimasyarakat. Kejelasan nama local kuda kayu sebagian mengatakan jaran encok, jaran kayu dan jaran tebaban.
Dalam catatan sejarah belum ada yang menjelaskan asal muasal termasuk nama local kuda kayu itu, namun beberapa versi menyebutkan jaran encok, jaran praja dan jaran kayuq.
Adapun bentuk anyaman kayu ini menyerupai kuda berbadan tegar dengan warna yang sangat dominan pada permainan ini yaitu; merah, putih dan hitam.
Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam.
Kini, kesenian kuda kayu atau jaran encok masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian moderen.
Keunikan budaya jaran encok atau kuda kayu tersebut sesaat tarian diperlihatkan menjadi daya tarik yang tinggi, yang dipikul oleh delapan penari laki-laki mengikuti alunan music gamelan.
Pertunjukan tarian biasa dimainkan ketika ada acara-acara hajatan seperti khitanan, perkawinan dan lainnya. Anak yang akan dikhitan atau kedua oarang mempelai biasa didudukkan diatas kuda yang terbuat dari kayu yang ditambah dengan sulaman bunga berwarna merah.
Dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman kayu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan yang besar. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda kayu cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling/ preret dengan bunyi melengking.
Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.
Kita menyadari bahwa begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di Lombok diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang hingga ke generasi saat ini.
Sekarang, kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang sudah semestinya menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan dan mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan hilang dari khasanah berkesenian masyarakat kita. (Eros)
0 Komentar