Kondisi ini juga dirasakan perempuan Desa Mekar sari, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur.
Sebut saja Inaq Hainum adalah perempuan sasak yang memiliki 5 anak, 3
laki dan 2 perempuan. Kelima anaknya di sekolahkan sampai tamat di bangu
sekolah menengah umum/ SMU.
Bersama suaminya dengan mengelola sawah dan ternak yang di milki, dia berusaha untuk mencerdaskan anaknya. "Apapun akan
saya kerjakan supaya anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa berguna" Ungkap Inaq Haenum.
Inaq Hainum seperti perempuan desa lainnya yang memiliki jam kerja lebih banyak dari suami karena selain menyabit rumput, kerja di sawah masih harus memasak untuk keluarga.
Ia berharap bahwa semua anaknya harus memilki ilmu dan pintar agar tidak mengalami apa yang di alami orang tuanya.
"Selapuk anak ku harus na beq pinter, na bdoe ilmu anteq ndak na marak kami si toak (Semua anak kami cerda dan memiliki ilmu sebagai bekalnya, dan nasipnya tidak sama dengan kami sebagai orang)" harpnya saat ditemui di halaman kantor Desa mekar sari 14/2/2015.
Selain itu Inaq Hainun semasa sekolah harus menempuh jarak yang sangat jauh, tanpa alas kaki seperti saat ini. "Dulu kami menggunakan kulit jantung pisang yang diikat sebagai alas kaki dengan menempuh jalan berjarak sangat jauh". tutur Inaq Haenun sembari mengais rumput pakan ternaknya.
Kondisi ini masih terus berusaha di retas pemerintah, pegiat sosial dan para aktivis peduli perempuan dan masyarakat.
"Ini salah satu pekerjaan yang meskinya terus diretas oleh semua elmen, baik pemerinta, pegiat sosial dan masyarakat untuk terus memberi peluang bagi perempuan mendapatkan keadilan" Ungkap Haiziah gazali aktivis gerakan di Organisasi Gema Alam NTB.
Bersama suaminya dengan mengelola sawah dan ternak yang di milki, dia berusaha untuk mencerdaskan anaknya. "Apapun akan
saya kerjakan supaya anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa berguna" Ungkap Inaq Haenum.
Inaq Hainum seperti perempuan desa lainnya yang memiliki jam kerja lebih banyak dari suami karena selain menyabit rumput, kerja di sawah masih harus memasak untuk keluarga.
Ia berharap bahwa semua anaknya harus memilki ilmu dan pintar agar tidak mengalami apa yang di alami orang tuanya.
"Selapuk anak ku harus na beq pinter, na bdoe ilmu anteq ndak na marak kami si toak (Semua anak kami cerda dan memiliki ilmu sebagai bekalnya, dan nasipnya tidak sama dengan kami sebagai orang)" harpnya saat ditemui di halaman kantor Desa mekar sari 14/2/2015.
Selain itu Inaq Hainun semasa sekolah harus menempuh jarak yang sangat jauh, tanpa alas kaki seperti saat ini. "Dulu kami menggunakan kulit jantung pisang yang diikat sebagai alas kaki dengan menempuh jalan berjarak sangat jauh". tutur Inaq Haenun sembari mengais rumput pakan ternaknya.
Kondisi ini masih terus berusaha di retas pemerintah, pegiat sosial dan para aktivis peduli perempuan dan masyarakat.
"Ini salah satu pekerjaan yang meskinya terus diretas oleh semua elmen, baik pemerinta, pegiat sosial dan masyarakat untuk terus memberi peluang bagi perempuan mendapatkan keadilan" Ungkap Haiziah gazali aktivis gerakan di Organisasi Gema Alam NTB.
0 Komentar