Lombok timur.rumah
alir.or.id_Beberapa abad yang lampau pada waktu belum adanya pemukiman
penduduk datanglah seorang bernama ” ALAM DANA” beserta murid-muridnya
yang berasal dari Bagdad membangun sebuah pemukiman atau tempat tinggal
yang bernama ” GUBUK PEKETANGAN” Peketangan artinya pengikat atau tempat
pertama dibuka sebuah partikan (Desa)
1. RADEN PELOMPONG
2. JAYA PRANA dan
3. TUAN LEBE.
Di Desa PEKETANGAN inilah segala cita-cita dan impian ditanam mulai dari penyebaran agama islam sampai dengan keinginan membangun sebuah kerajaan. Setelah penyebaran agama makin luas dan daerah makin besar, maka dikukuhkanlah membangun sebuah kerajaan dengan ditandai penanaman sebuah pohon Ketangan (Jarak), yang dilakukan oleh raja, kiyai sesepuh (Para Wali), Demung, Penggawa kerajaan dan rakyat.
Pohon ketangan tersebut sebagai pokok pertama (PEKETANGAN ) yang berarti Pengikat, Pemersatu, Tali Kebersamaan, Lampu Penerang Menuju : Keimanan, Ketaqwaan, Keadilan, Kemakmuran dan Kejayaan.
Kerajaan tersebut dikenal dengan nama KERAJAAN SELAPARANG yang merupakan kerajaan islam tertua di pulau Lombok. Beratus tahun kepemimpinan KERAJAAN SELAPARANG yang berpusat di desa Peketangan dengan keadaan adil, aman, tentram. Namun pada suatu masa (waktu) melihat kekayaan, kesuburan pulau Lombok, raja Bali dengan stategi politik menggandeng salah satu keturunan raja Selaparang untuk menyerang KERAJAAN SELAPARANG
Raja mendapat laporan dari penggawa kerajaan bahwa tentara Bali yang bersekutu telah berada dibagian selatan dan bergerak makin dekat menuju alun-alun kota.
Raja tetap tenang dan menyuruh salah satu prajurit memukul kentungan dan seketika itu seluruh rakyat yang berada dipusat kota berkumpul semuanya. Raja memberkan pengarahan agar para rakyat tetap tenang dan memberikan perisai-perisai, keris, tombak, pedang, zimat. Raja kembali bersabda tidak boleh mengangkat senjata jika aku tidak memerintahkannya,seluruh rakyat patuh terhadap segala titahnya.
Raja Selaparang mengumpulkan 60 orang prajuritnya untuk menyongsong kedatangan tentara Bali yang sudah dekat dengan alun-alun kota, 60 prajuritnya yang berkekuatan sama dengan 60.000 tentara biasa. Tetapi tidak disangka-sangka oleh semua prajurit Raja Selaparang ketika sang raja memerintahkan prajurit untuk menghindar dan menghilang dikarenakan Raja Selaparang melihat Tentara Bali bergandengan tangan dengan salah satu keturunanya. Namun satu dari dari 60 prajurit tersebut tidak mau menghindar dan menghilang sambil berteriak mengatakan Raja “PELOK” (Pengecut).
Sambil menghunus pedangnya rajurit itu mengamuk bagaikan gandang gendala melawan sekian banyak tentara Bali sampai pada akirnya semua tentara bali tewas dan konon dalam cerita rakyat setempat prajurit tersebut tenggelam di antara darah musuh-musuhnya di SEGARA KATON.
Jarak antara makam Raja dengan alun-alun kota Raja Selaparang kurang lebih 1.5 km, berada dipinggir sungai dan disebelah barat masjid PUSAKA.
Ketika Kerajaan Selaparang musnah ditean bumi namun pohon ketangan itu masih tetap hidup sampai sekarang di sebuah DESA TUA TERSELUBUNG MISTERI dan kaya akan peninggalan-peninggalan Kerajaan Selaparang. (Jaelani)
Di Desa PEKETANGAN inilah segala cita-cita dan impian ditanam mulai dari penyebaran agama islam sampai dengan keinginan membangun sebuah kerajaan. Setelah penyebaran agama makin luas dan daerah makin besar, maka dikukuhkanlah membangun sebuah kerajaan dengan ditandai penanaman sebuah pohon Ketangan (Jarak), yang dilakukan oleh raja, kiyai sesepuh (Para Wali), Demung, Penggawa kerajaan dan rakyat.
Pohon ketangan tersebut sebagai pokok pertama (PEKETANGAN ) yang berarti Pengikat, Pemersatu, Tali Kebersamaan, Lampu Penerang Menuju : Keimanan, Ketaqwaan, Keadilan, Kemakmuran dan Kejayaan.
Kerajaan tersebut dikenal dengan nama KERAJAAN SELAPARANG yang merupakan kerajaan islam tertua di pulau Lombok. Beratus tahun kepemimpinan KERAJAAN SELAPARANG yang berpusat di desa Peketangan dengan keadaan adil, aman, tentram. Namun pada suatu masa (waktu) melihat kekayaan, kesuburan pulau Lombok, raja Bali dengan stategi politik menggandeng salah satu keturunan raja Selaparang untuk menyerang KERAJAAN SELAPARANG
Raja mendapat laporan dari penggawa kerajaan bahwa tentara Bali yang bersekutu telah berada dibagian selatan dan bergerak makin dekat menuju alun-alun kota.
Raja tetap tenang dan menyuruh salah satu prajurit memukul kentungan dan seketika itu seluruh rakyat yang berada dipusat kota berkumpul semuanya. Raja memberkan pengarahan agar para rakyat tetap tenang dan memberikan perisai-perisai, keris, tombak, pedang, zimat. Raja kembali bersabda tidak boleh mengangkat senjata jika aku tidak memerintahkannya,seluruh rakyat patuh terhadap segala titahnya.
Raja Selaparang mengumpulkan 60 orang prajuritnya untuk menyongsong kedatangan tentara Bali yang sudah dekat dengan alun-alun kota, 60 prajuritnya yang berkekuatan sama dengan 60.000 tentara biasa. Tetapi tidak disangka-sangka oleh semua prajurit Raja Selaparang ketika sang raja memerintahkan prajurit untuk menghindar dan menghilang dikarenakan Raja Selaparang melihat Tentara Bali bergandengan tangan dengan salah satu keturunanya. Namun satu dari dari 60 prajurit tersebut tidak mau menghindar dan menghilang sambil berteriak mengatakan Raja “PELOK” (Pengecut).
Sambil menghunus pedangnya rajurit itu mengamuk bagaikan gandang gendala melawan sekian banyak tentara Bali sampai pada akirnya semua tentara bali tewas dan konon dalam cerita rakyat setempat prajurit tersebut tenggelam di antara darah musuh-musuhnya di SEGARA KATON.
Jarak antara makam Raja dengan alun-alun kota Raja Selaparang kurang lebih 1.5 km, berada dipinggir sungai dan disebelah barat masjid PUSAKA.
Ketika Kerajaan Selaparang musnah ditean bumi namun pohon ketangan itu masih tetap hidup sampai sekarang di sebuah DESA TUA TERSELUBUNG MISTERI dan kaya akan peninggalan-peninggalan Kerajaan Selaparang. (Jaelani)
0 Komentar